Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Akan

Tuesday, May 20, 2008 | 11:55 AM WIB Last Updated 2009-09-02T17:57:15Z
Banyak pejabat kita sekarang kalau berbicara menggunakan kata “akan” dan banyak juga yang lebih senang menggunakan kata “mungkin”. Kedua kata ini, sebenarnya tidaklah salah, tapi ketika dipadankan dengan janji dan keinginan, kalimat tersebut sudah menipu.


Sampai tulisan ini ditulis, sudah tak terhitung janji yang tak ditepati, baik itu janji para pejabat, politisi, pekerja LSM dan lain-lain. Mereka, ketika berbicara, lebih-lebih di hadapan khalayak, pasti sangat sering menggunakan kata “akan” dan “mungkin”

“Jika saya terpilih, saya akan membangun jembatan, jalan dan akan membangun ini, itu dan lain-lain,” begitu janji politisi setiap musim kampanye.

Para pejabat begitu juga. Setiap meninjau ke suatu tempat, pasti mengumbar janji. “Mungkin tahun depan, masyarakat petani akan makmur. Pemerintah mungkin akan membantu para petani dengan modal usaha,” janji seorang pejabat dari Dinas polan.
Malah, kadang-kadang, para pejabat itu kalau berpidato menggunakan teks, yang dibuat khusus oleh tim penulis konsep pidato. Artinya, pidato tersebut bukan sepenuhnya pemikiran si pembaca pidato (baca:pejabat).

Maaf jika para pejabat saya sebut sebagai pembaca teks pidato. Soalnya, memang begitulah kenyataannya sekarang. Malah, para khatib Mesjid di kota-kota besar sekarang juga ikut-ikutan menggunakan teks. Hal itu menunjukkan kedangkalan ilmu dan pemikiran.

Tak heran, jika sehabis pidato, sang pejabat atau khatib kadang-kadang tidak tahu apa yang sudah disampaikan. Ini tentu bermasalah, karena janji-janji yang diucapkan itu sama sekali tidak teringat lagi, karena bukan berasal dari pemikiran dia melainkan dari konsep yang ditulis oleh tim khusus.

Makanya, jangan heran, jika dalam setiap pidato, kita mendengar kata-kata “akan” dan “mungkin”. Artinya, yang disampaikan itu, sering tidak mampu diwujudkan dalam kenyataan. Kondisi ini sering disebut oleh rakyat di Kampung dengan “Uet Jalo Toh Kapai” (Menelan Boat, mengeluarkan kapal), sesuatu yang tidak mungkin. (HA 210508)

×
Berita Terbaru Update