Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Rakyat

Thursday, May 29, 2008 | 10:03 AM WIB Last Updated 2009-09-02T17:57:15Z
Hari ini, dengar-dengar Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) disahkan. Jumlahnya, tak tanggung-tanggung: Rp8,517 T. Jika benar begitu, tentu saja sebuah berita yang menggembirakan. Meskipun nantinya banyak dari anggaran tersebut tidak bisa dinikmati oleh rakyat, setidaknya rakyat sudah mendengar, bahwa banyak anggaran tahun ini yang diperuntukkan untuk masyarakat Aceh.

Uang sejumlah itu banyak sih. Kalau untuk beli kopi, sampai tujuh turunan mati pun, masih tersisa uangnya. Pokoknya, kalau kita beli kopi Ulee Kareng dengan uang sejumlah itu, penjualnya bisa meninggal saat mengaduk kopi. Yang pasti uang tersebut lebih dari cukup untuk sekedar membeli cendol bang Joni.

Kita berdoa saja, agar harapan masyarakat di Gampong tidak terbang begitu saja. Soalnya, masyarakat di Gampong sangat berharap bisa menikmati kue pembangunan, karena pengalaman dulu-dulu, kue tersebut hanya dinikmati oleh orang-orang tertentu saja. Tahun inilah, bisa jadi kesempatan, jika tidak, sama saja dulu dan sekarang. Rakyat tetap melarat dan sekarat.

“Kupue tadungo dum peng diro u Aceh, tanyoe mantong meu keu bakong asoe hana pat tacok,” ujar Wak Minah seorang pedagang kaki lima di pasar Sigli. “Pue dum that ilee peng 8 Triliunnyan pue? Sampe tiep uroe dimeusunoh?” tanyanya lagi, saat disampaikan bahwa tahun ini, anggaran untuk Aceh sekitar Rp8,517 T.

Pedagang seperti Wak Minah, sama sekali tak pernah bermimpi punya duit sampai miliaran rupiah. Baginya, dapat sehari Rp12 ribu sudah cukup. Karena, dengan uang segitu, dapurnya berasap. Dia tidak berharap muluk-muluk, yang penting uang itu halal.

Makanya, orang seperti Wak Minah sama sekali tidak terlalu ambil pusing sama APBA, mau disahkan atau ngak itu bukan urusan dia. Toh, dia sama sekali tidak merasakan manfaat dari anggarang yang melimpah itu. Yang ribut hanya para elite, pejabat, kontraktor dan pengusaha. Masing-masing berhitung, tahun ini berapa anggaran yang bisa didapatnya. Dia sama sekali tidak mau peduli, bahwa sebenarnya anggaran itu diperuntukkan bagi rakyat.

Hanya orang seperti Mak Minah, sebenarnya yang merasa tenang saat anggaran disahkan. Soalnya, dia tidak terlalu ambil pusing atau melobi sana-sini agar ada proyek yang diloloskan. Baginya, lapak tempatnya berjualan tidak digusur sudah cukup. Orang seperti Mak Minah yang merasa hidup nyaman, meski Will Foley pernah mengatakan: Dunia ini penuh kaktus, tapi kita tidak harus duduk di atasnya.(HA 300508)
×
Berita Terbaru Update